Posts Tagged ‘China’

Economic Outlook 2011

Sebenarnya dalam artikel ini mengandung pokok-pokok pemikiran tentang apa yang mungkin terjadi di tahun 2011 yang bisa digunakan untuk membuat strategi investasi. Dalam artikel tersebut ada 5 poin yang menjadi pokok perhatian dan dijadikan asumsi dasar untuk dikembangkan. Ke-5 poin itu adalah:
a. Pertama mengenai kota-kota di US yang akan bangkrut/gagal bayar hutang
b. Krisis hutang negara-negara di zone Eropa
c. Kenaikan suku bunga pinjaman dan pengetatan kredit di Cina
d. Bubble properti di Canada dan Australia yang sudah matang dan siap pecah
e. Penguatan US dollar

Karena ada beberapa pembaca yang masih menanyakan mengenai “ramalan” untuk tahun lalu, maka ada baiknya saya akan uraikan ke-5 poin di atas dengan segala konsekwensinya.

Kota-Kota Di US Yang Akan Bangkrut/Gagal Bayar Hutang
Di awal tahun 2011 EOWI mengatakan bahwa akan ada kota-kota di US yang bangkrut. Mereka akan mengalami kesulitan untuk membayar pegawainya dan membayar hutang-hutangnya, pensiun bekas pegawainya. Ada kondisi semacam ini ada tiga jalan yang bisa ditempuh yaitu: jalan austerity, ngemplang hutang atau inflasi (mencetak uang & hutang). Austerity adalah kebijakan pengetatan dan hidup prihatin. Banyak kota-kota di US sudah berusaha melakukannya dan sebagian berhasil. Berhasil dalam hal ini berarti sekedar bisa menjalankannya, tetapi persoalan defisit budget bisa teratasi. Penerimaan pajak masih dibawah rencana mengeluaran wajib. Hutang dalam bentuk Municipal Bond sedemikian membebani di masa krisis seperti sekarang ini, sehingga austerity saja tidak akan cukup.

Sayangnya pemerintah daerah (States) di Amerika tidak bisa mencetak uang. Untuk menutup hutang-hutang yang jatuh tempo dengan membuat hutang baru kelihatannya akan sulit. Siapa yang mau beli? Kebanyakan investor hanya mau membeli obligasi yang berkwalitas. Dan the Fed dalam QE II (Quantitative Easing II) nampaknya tidak lagi mau membeli surat-surat hutang sampah (seperti Subprime CDO), melainkan terbatas pada treasury bond saja. The Fed juga tidak mau mengambil resiko bahwa asset-assetnya akhirnya menjadi sampah yang tidak berharga. Oleh sebab itu terjadi spread yang lebar antara yield US bond jangka pendek dengan surat hutang yang lain (yang beresiko).

Berita minggu lalu mengenai kota di US yang sudah beberapa tahun ini mengalami kesulitan keuangan dan bangkrut, yaitu Vallejo, akan mengemplang hutangnya. Muni-Bond yang yang dikeluarkannya dan akan jatuh tempo, hanya akan dibayar 5% – 20% saja. (Vallejo Plan Would Give Unsecured Creditors 5 to 20 Cents on the Dollar).

AN FRANCISCO — Unsecured creditors will receive 5 cents to 20 cents on the dollar for their claims under a reorganization plan Vallejo, Calif., filed Tuesday in federal court.

The plan to exit bankruptcy outlines the reorganization of debt the city owes its largest creditors, Union Bank and National Public Finance Guarantee. It also sets aside a pool of $6 million to pay unsecured creditors about 5% to 20% of their claims over two years, according to court documents filed in U.S. Bankruptcy Court for the Eastern District in Sacramento.

“The city regrets that it cannot pay a higher percentage,” Vallejo officials said in the court filings. “The city lacks the revenues to do so while maintaining an adequate level of municipal services, such as the provision of fire and police protection and the repairing of the city’s streets.”

Hanya US $ 6 juta untuk dibayarkan ke $262 juta hutangnya jenis unsecure yang bisa dibayarkan. Jumlah ini adalah sebagian dari $ 479 hutangnya. Investor harus menanggung resiko, dan resiko ini tidak boleh dipindahkan ke pembayar pajak.

Ini adalah awal dari gagal bayar muni-bond di US. California, Illinois, New Jersey masih dalam daftar antrian.

Krisis Hutang Negara-Negara Di Zone Eropa
Masih ingat negara Iceland yang mengalami krisis hutang tahun 2008? Yang menarik adalah, Iceland sekarang sudah bangkit kembali. Cara penanganan krisis hutangnya patut dicontoh. Ngemplang hutang dan bank sentral Iceland tidak berbuat apa-apa! Yup! Tidak berbuat apa-apa. Itu solusi yang terbaik dan ekonomi sudah bangkit kembali. Campur tangan pemerintah dan bank sentral akan memperkeruh keadaan dan memperpanjang penderitaan. Pernyataan salah satu gubernur bank sentral Iceland, Davíð Oddsson, ketika diinterview oleh siaran RÚV:

“we [the Icelandic State] do not intend to pay the debts of the banks that have been a little heedless”.

“Kami (negara Iceland) tidak mau membayar hutang-hutang bank yang sembrono”.

Dan kreditur asing hanya akan memperoleh 5% – 15% dari uang yang dipinjamkannya. Keputusan seperti ini bisa dilaksanakan karena Icelnad bukan anggota uni Eropa, seperti Yunani, Spanyol, Itali, Irlandia, Portugal, dimana mereka harus tunduk pada peraturan-peraturan Jerman dan Prancis.

Walaupun saat ini Uni Eropa cukup tenang dengan suksesnya penjualan obligasi Spanyol dan Italia bulan lalu, tetapi persoalan kredit, hutang dan properti di Spanyol dan Portugal masih tetap ada. Faktor resikonya masih ada.

Kenaikan Suku Bunga Dan Pengetatan Kredit Di Cina
Cina adalah kuda hitam yang membuat ramalan EOWI tahun 2010 meleset. Negara yang menjadi ekonomi terbesar ke-2 dunia ini melakukan ekspansi moneter yang luar biasa. Beberapa sumber memperkirakan mencapai 25% selama tahu 2010. Dan sedikit lebih rendah di tahun sebelumnya. Paket stimulasi ekonomi yang dikucurkan untuk menanggulangi krisis keuangan tahun 2007-2009 sebesar $ 0,50 trilliun, digunakan untuk membangun kota-kota kosong dan pabrik-pabrik yang tidak ada pembelinya. Kegilaan seperti itu yang kami tidak pernah menduga. Dan Cina akan membayarnya dengan mahal. Dari aksi akan ada reaksi yang besarnya sama.

Akibat dari ekspansi moneter Cina, spekulasi kembali marak. Harga minyak naik dari $32 per BBL di titik terendahnya ke $92 per BBL beberapa hari ini. Masih lebih rendah dari harga puncaknya $ 146 per BBL di tahun 2008. Harga emas juga naik memecahkan rekor baru $ 1436 per oz di bulan Desember 2010. Harga pangan dan bahan komoditi juga ikut naik. Kalau kepak sayap kupu-kupu di hutan Amazon bisa menyebabkan badai di lautan Pasifik, menurut teori chaos, maka, stimulasi ekonomi dan pembangunan kota-kota kosong di Cina membuat jatuhnya Zayn al-Abidine Ben Ali dan Hosni Mubarak (saat ini masih berkuasa dan insha Allah, kejatuhannya hanya menunggu waktu saja), kekacauan massa di Afrika dan Timur Tengah. Aljazair, Mozambique, Tunisia (pemerintahannya runtuh), Mesir, Jordan, Yaman, dan terakhir adalah Saudi Arabia. Saudi Arabia yang biasanya adem-ayem, sekarang rakyatnya ikut bergolak. Kecuali Saudi Arabia, aksi protes kebanyakan di Timur Tengah dan Afrika Utara ini dilatar-belakangi oleh membumbungnya harga pangan. Di Saudi agak lain penyebabnya: “banjir”. Saudi yang “kaya” karena minyak, kota-kotanya tidak mempunyai sistem drainase, sehingga kalau hujan turun, cenderung untuk banjir. Beberapa banjir bandang yang terjadi beberapa tahun belakangan ini memakan korban jiwa dan harta benda. Dan kalau sudah terjadi banjir biasa saja (bukan banjir bandang), maka lamanya bisa berhari-hari. Mobil tangki penyedot air akan hilir mudik menyedoti air di jalan.

Pada krisis yang lalu, tahun 2008, ledakan demonstrasi di dunia juga marak. Yang masih masih segar dalam ingatan kita adalah di Mesir, Haiti, Argentina, Mexico, Benggala Barat, dan Bangladesh. Kemudian bentrok antara suku Uigur dengan suku Han di Cina tahun 2009. Semua itu dilatar belakangi karena tekanan hidup akibat membumbungnya harga-harga kebutuhan pokok, sehingga membuat orang menjadi lebih sensitif dan mudah marah. Dalam kejadian tahun 2009 itu, motornya adalah suku Uigur. Jika keresahan terjadi pada suku mayoritas Han, gejolak bisa menggoncang negara, seperti Tunisia dan Mesir. Inilah mungkin yang melatar belakangi program stimulasi ekonomi Cina antara tahun 2009-2010. Membuat suku mayoritas tetap memperoleh pekerjaan.

Ekspansi moneter memang membuat sebagian orang merasa beruntung. Kelas menengah yang punya saham, properti dan asset-asset seperti emas merasa kaya karena harganya naik. Ini yang disebut effek pemakmuran. Dan dampaknya hanya bisa dinikmati oleh kelas menengah. Sayangnya ekspansi moneter juga melibas bahan pokok. Dan ini adalah kutukan.

Bagi kelas bawah, yang hidupnya pas-pasan, penghasilan bulanannya hanya habis untuk bahan pokok, maka kenaikan harga bahan pokok akan menghimpit. Kenaikan gaji tidak secepat kenaikan harga bahan pokok. Kelas bawah inilah yang akan menjerit dan kemudian marah di jalan-jalan. Itulah yang terjadi di Timur Tengah dan Afrika Utara.

Jelas, Cina tidak bisa melakukan ekspansi moneternya terus-menerus tanpa henti, jika ingin harga-harga pangan membumbung tinggi. Langkah pengetatan sudah dimulai. Tahun 2010 sudah 6 kali menaikkan dana deposit yang disetorkan kreditur kepada otoritas perbankan. Suku bunga pinjamannya sudah dinaikkan. Cina agak takut-takut menaikkan suku bunga deposito, karena akan menarik aliran uang panas dari luar.

Sebenarnya sektor investasi di Cina sejak tahun 2009 menunjukkan adanya keretakan-keretakan, tambal-sulam. Bursa sahamnya tidak bisa mencapai level tertingginya yang pernah dicapainya di tahun 2007. Ini suatu pertanda kerapuhan di sektor investasinya. Hanya sektor properti saja yang masih terus menggembung. Ini lebih banyak karena stimulus pemerintah yang terfokus pada bidang konstruksi. Ketidak imbangan ini cermin dari kerapuhan ekonomi yang cepat atau lambat akan pecah lagi.

Cina, cepat atau lambat harus mengerem ekspansi moneternya. Makin cepat makin baik, sebelum bubble-bubble-nya membesar dan akhirnya pecah. Semakin lama menunggu semakin parah, hard-landing dan mahal akibatnya. Tunisia dan Mesir bisa dijadikan contoh, jika harga bahan pangan naik sehingga tidak terjangkau oleh sejumlah masyarakat yang cukup untuk menyulut huru-hara. Oleh sebab itu saya mengasumsikan bahwa pada bulan-bulan mendatang, Cina akan terus melakukan pengetatan. Perlahan atau terburu-buru. Implikasinya adalah harga komoditi akan jatuh kalau pengetatannya terlalu cepat. Bursa saham di negara-negara yang terkait dengan pertumbuhan ekonomi Cina akan terkena imbasnya. Negara-negara seperti Indonesia, Australia, Canada akan merasakan imbas perlambatan ekonomi Cina. Harga emas juga akan tergoncang, karena mundurnya para spekulan.

Suatu pertanyaan yang harus kita pikirkan: “Bisakah sekarang dunia bertahan dengan $125 per BBL minyak, gula $ 0.35 per pound, Rp 500 ribu per kg cabe. Catatan: Kecuali gula, harga-harga bahan komoditi, seperti beras, jagung, minyak bumi, kedelai, gandum, banyak yang masih dibawah harga tertingginya di tahun 2008. Apakah bank sentral Cina dan bank-bank sentral dunia akan menunggu sampai harga-harga ini melambung ke level tahun 2008?

Bubble Properti di Canada Dan Australia Yang Sudah Matang Dan Siap Pecah
Bertahannya bubble properti di Canada dan Australia salah satunya lebih disebabkan karena ekspansi moneter di Cina. Selama harga bahan komoditi masih bisa bertahan, maka negara-negara yang berbasis komoditi juga akan ikut bertahan. Dengan kata lain bertahannya ekonomi Australia dan Canada (juga Indonesia) adalah karena ikutan dari ekspansi di Cina. Pada saat Cina melambat atau hard-landing, maka wajar saja jika berasumsi bahwa tidak akan ada lagi yang bisa mempertahankan bubble-bubble di Australia dan Canada, dan selanjutnya akan pecah.

Penguatan US Dollar
Kalau diperhatikan lebih teliti, sebenarnya hanya ada 3 risiko yang akan menjadi pokok ancaman ekonomi, yaitu Muni-Bond di US, hutang di zona Eropa dan perlambatan di Cina. Selebihnya hanya akibat dan konsekwensi saja. Kalau ketiganya terjadi secara serempak, akan mempunyai dampak yang positif terhadap penguatan US dollar. US dollar masih tetap dianggap sebagai safe heaven. Dalam perdagangan internasional penetapan harga-harga barang masih menggunakan US dollar. Spekulasi masih menggunakan US dollar. Sehingga jika ada deleveraging, maka akan mendongkrak US dollar.

Bagaimana dengan emas? Emas akan beresiko jika perekonomian Cina melambat. Harga emas yang biasanya seirama dengan harga bahan komoditi. Sehingga jika harga bahan komoditi keras anjlok akibat melambatnya perekonomian Cina maka harga emaspun akan anjlok seperti yang terjadi di tahun 2008. Saat ini emas sedang mengalami masa koreksi dalam siklus tahunannya (Agustus/September sampai Desember/Februari adalah masa bullish dan Januari/Februari sampai Agustus adalah masa bearish). Jika perekonomian Cina memburuk sebelum September 2011, bisa jadi harga emas akan turun terus sampai menembus level $670/oz. Oleh sebab itu faktor Cina perlu diamati terus.

Sekian dulu…….., jaga tabungan anda baik-baik. Tahun 2011 kemungkinan koreksi besar kembali lagi. Hedge accordingly (saya sulit mengekspresikannya ke dalam bahasa Indonesia).

sumber: EOWI

2011: The Year(s) of Living Dangerously

Kalau anda menonton TV kabel First Media, ada film seri NCIS yang dibintangi oleh Linda Hunt, wanita (tua) pendek. Linda Hunt adalah pemenang Oscar di film The Year of Living Dangerously, bersama Sigourney Weaver dan Mel Gibson. Film ini tidak pernah bisa masuk ke Indonesia karena mendiskreditkan Sukarno. Linda berperan sebagai seorang wartawan laki-laki kate bernama Billy Kwan yang ditempatkan di Indonesia di era 1965 – 1966. Linda yang memang agak mirip dengan peranakan Cina, cukup pantas memerankan Billy Kwan dan layak memperoleh Oscar karena aktingnya dalam film tersebut sangat baik. Dalam perannya, Linda banyak mengkritik Sukarno. Walaupun shooting film ini mengambil tempat di Filipina dengan figuran dari Filipina, tetapi menggambaran Hotel Indonesia, dan jalan berkelok di daerah Puncak cukup baik. Mike Emperio yang memerankan Sukarno, tidak terlalu mirip, tetapi boleh lah.

Kalau Linda Hunt bermain di film The Year of Living Dangerously, investor mungkin bermain dalam The Years of Living Dangerously. Kata The Years bisa diartikan beberapa tahun. Awalnya tahun 2007 – 2008, dunia seakan tergandeng dan bersama-sama “nyungsep” kedalam krisis kredit. Tahun 2009 masih bersama-sama berusaha bangkit. Dan tahun 2010 terjadi “decoupling”. Cina, India, emerging market dan bahan komoditi seakan berjalan sendiri. Sedangkan Eropa terpuruk lagi dilokomotivi oleh Irlandia dan Yunani.

Sekarang pertanyaannya ialah apakah di tahun 2011 dan selanjutnya Cina dan Emerging market masih bisa berjalan sendiri?

Tahun 2010 bisa dikatakan tahun anomaly. Beberapa hari lalu Australia terguyur salju. Biasanya pada akhir bulan Desember sampai Maret, merupakan musim panas di Australia dan temperatur di tempat-tempat seperti New South Wales adalah 30 derajat Celcius. Yang terjadi malah sebaliknya. Salju turun setebal hampir 30 cm. Udara mencapai 4 derajat. Mungkin waktunya berspekulasi bahan pangan untuk tahun 2011. Sebagian tanaman pangan rusak akibat badai salju.

Tahun ini juga tahun anomaly. Biasanya rakyat suka demokrasi. Ternyata rakyat Yogya tidak. Mereka membentuk kelompok anti pemilihan umum kepala daerah. Rakyat Yogya hanya mau gubernur dan wakil gubernur seumur hidup tanpa dipilih mereka, melainkan dari kaum bangsawan Jawa. Yaitu Sultan Hamengkubuwono dan Paku Alam.

Di lapangan sepak bola AFF Suzuki Cup, Indonesia awalnya menang 5:1 melawan Malaysia. Anehnya di Final Indonesia kalah 0:3 dan 2:4 melawan Malaysia.

Tahun ini emas naik menembus $1400 per oz. Walaupun sudah nampak sangat keletihan, baik secara teknikal dan siklus, ada kemungkinan rally emas masih berlanjut sampai Februari, mengikuti siklus tahunannya dan bisa (tidak harus, karena sudah keletihan) menembus $1500 per oz. Demikian juga perak, telah menembus $30 per oz, dan sedang konsolidasi di sekitar $30 per oz dan siap meluncur ke atas sebelum mengalami koreksi tahunannya antara bulan Februari sampai September.

Di tahun 2010, kredit di negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan Eropa Barat mengalami kontraksi. Sedangkan di Cina, India dan emerging market ekspansi kredit masih pada level yang tinggi tinggi. Ekonomi di zone Eropa goyah. Yunani dan Irlandia terpuruk. Bubble properti dan kredit di Irlandia dan Yunani meletup dan bank-banknya harus diselamatkan (seharusnya dibiarkan mati saja). Anggota-anggota zona Eropa sempat bertengkar memperdebatkan apakah Yunani dan Irlandia serta beberapa negara anggotanya yang berpotensi mengalami krisis kredit seperti Portugal, Spanyol dan Italy.

Di US, stimulus sebesar $1.3 trilliun, tidak menghasilkan apa-apa. Pengangguran masih di atas 9.5%, mendekati 10%. Pertumbuhan di sekitar 2.5%, kebanyakan pertumbuhan ini karena stimulus, seperti insentif untuk membeli mobil atau cash for clunker atau insentif untuk membeli rumah. Stimulus semacam ini hanya berputar sekali saja, setelah itu berhenti. Artinya jika effek stimulus itu hilang maka akan diperlukan stimulus baru. Konsumer secara umum mencoba mengirit dan melunasi hutangnya atau menggagal-bayarkan hutangnya. Sektor bisnis di US juga tidak melakukan ekspansi. Dan bankers menggunakan dana murah dari the Fed untuk berspekulasi dan menyalurkan sedikit saja ke ekonomi. Jadi tidak ada yang berubah secara fundamental kecuali kredit untuk spekulasi – uang panas – mencair kembali. Tahun 2010 ada 157 bank yang gagal di US. Angka ini naik dibandingkan tahun sebelumnya (2009) dimana 140 bank gagal.

Angka pengangguran di US mungkin di tahun 2011 tidak akan banyak beranjak. Sektor properti dan konstruksi masih belum bangkit, demikian juga sektor perbankan dalam menyalurkan kredit. Di sektor manufakturing karena persaingan dengan produk-produk Cina dan India, juga tidak bisa diharapkan berkembang di US. Sektor turisme lokal juga sulit diharapkan. Yang bisa diharapkan adalah sektor pemerintahan federal. Sedangkan untuk sektor pemerintahan negara bagian sulit diharapkan karena penerimaan pajak yang menurun.

Berkaitan dengan keuangan daerah (negara bagian) di US yang memburuk. Jurang antara penerimaan dari pajak dan kewajiban pengeluaran semakin melebar di beberapa distrik negara bagian seperti California, Illinois, New York dan New Jersey. Besar kemungkinan akan membahayakan pemegang surat hutang dan municipal bond negara-negara bagian ini. Memang krisis hutang pemerintah di California belum separah zone Eropa seperti Yunani, Irlandia dan Spanyol, tetapi indikasinya mengarah titik yang sama. Harus diingat bahwa California mempunyai ekonomi yang besarnya sekitar $ 2 trilliun atau 3x GDP Indonesia atau 1,5x Spanyol, 10x Irlandia, 7x Yunani. Jadi seandainya terjadi krisis di California, akan lebih terasa dibandingkan dengan krisis zone Eropa tahun 2010.

Krisis Euro Zone di tahun 2010 melanda Yunani, Irlandia, kemungkinan akan berlanjut ke tahun 2011 dan berpotensi menyusul adalah Spanyol dan Portugal. Hutang pemerintah Portugal adalah yang terparah di dunia saat ini setelah Jepang. Besarnya mencapai 1.2 x GDPnya. Sedangkan bank-bank Spanyol (ekonomi ke 4 terbesar di zone Eropa) kemungkinan memerlukan refinancing ala Irlandia sebesar $ 110 milyar tahun 2010 ini. Secara keseluruhan, tidak banyak yang bisa diharapkan dari zone Eropa.

Salah satu kuda hitam yang keluar di luar dugaan saya di tahun 2010 adalah Cina. Di luar dugaan saya, Cina punya jurus non-konvensional mengambil nafas meniup bubble di negara itu dan memperpanjang masa spekulasi di sektor properti di negara itu dan di negara yang berbasis komoditi seperti Australia, Canada, termasuk Indonesia. Dengan stimulus $ 500 milyar, Cina membangun kota-kota baru yang kemudian dibiarkan kosong. Pasokkan kredit 9 trilliun Yuan (2009) dan 8 trilliun Yuan (2010) membuat api spekulasi makin berkobar. Ada yang memperkirakan bahwa ada sekitar 64 juta rumah yang kosong dan setiap tahun ada 20 kota baru yang dibangun. Kalau angka 64 juta rumah kosong ini benar, artinya jumlah ini mampu untuk menaungi semua keluarga di Indonesia. Ini adalah jumlah yang tidak masuk akal. Jangan heran kalau harga bahan komoditi di pasar internasional naik. Harga minyak menembus $90 per bbl. Gejala yang berlawanan terjadi di sektor gas alam US. Gas alam pasar spot Henry hub yang merupakan pasar untuk US, tidak ikut naik dan bahkan turun terus selama 2010, menunjukkan bahwa motor konsumsi dan inflasi bukan dari US lagi melainkan dari Cina. Ekonomi US mengalami perlambatan.

Kembali pada Cina. Apa yang dilakukan pemerintah Cina ini adalah untuk menekan tingkat pengangguran. Politikus Cina belajar dari sejarah Cina, jika pengangguran meningkat, harga pangan naik dan kemiskinan naik maka akan timbul pembrontakan. Nampaknya apapun harus dilakukan dengan segala konsekwensi biayanya. Apa yang dilakukan pemerintah Cina tentu saja konyol, bubble di sektor konstruksi dan properti di Cina membuat ekonomi Cina overheating. Banyak analis yang meramalkan Cina akan crash landing di tahun 2011 atau 2012. Tetapi….., pengalaman Stephan Roach, analis Morgan Stanley yang setiap tahunnya meramalkan crash di Cina sejak awal tahun 2000an selalu meleset sampai akhirnya dia bosan menunggu datangnya crash dan kemudian dia menyerah. Sampai saat ini Cina adalah kuda liar yang sukar diterka. Kesulitan para ekonom bisa dimengerti yaitu karena tidak adanya contoh di masa lalu yang bisa dijadikan analogi. Cina adalah negara dengan sistem central planning yang ekonominya melesat akan menyusul negara-negara maju. Analog yang paling dekat untuk kasus Cina ini adalah Uni Soviet di dekade 50an. Sayangnya banyak yang tidak buku yang mengulas kasus Uni Soviet pada periode ini. Apakah Cina akan crash? Itu adalah kuda liar membuat tahun 2011 adalah tahun yang penuh ketidak pastian di dalam The Years of Living Dangerously. Kalau Cina crash, maka ekonomi terbesar ke 2 di dunia ini akan menyeret dunia bersamanya, terutama emerging market, Canada dan Australia. Kalau tidak maka Cina akan membakar emerging market, Canada dan Australia dengan api inflasi.

Sering kali apa yang direncanakan mempunyai konsekwensi sampingan yang tidak diinginkan. Demikian dengan apa yang dilakukan Cina untuk menangkal pukulan krisis ekonomi global ke negaranya. Uang panas spekulan masuk ke Cina dan juga ke negara-negara emerging economy yang mempunyai ikatan langsung dengan ekonomi Cina memicu naiknya harga-harga komoditi termasuk pangan. Pemerintah Cina terpaksa memberlakukan kontrol harga di supermarket seperti Carrefour, Wal-Mart. Cina bagaikan terhimpit diantara batu dan plat baja. Sama-sama kerasnya. Yang satu inflasi, pemborosan dan yang lain adalah menjaga lapangan pekerjaan bagi rakyatnya.

Catatan: kenaikan harga tidak hanya terjadi di Cina, tetapi juga di Cilandak Jakarta. Sejak Agustus tahun 2010, warung sate PSK – Pedagang Sate Kiloan kesukaan saya, di Jakarta membuat pengumuman tentang kenaikan harga satenya sejak Agustus 2010. Sekarang harganya Rp 45 ribu per ¼ kg.

Banyak analis meramalkan bank sentral Cina akan menaikkan suku bunganya berkali-kali untuk mengerem ekonomi yang sudah overheating dan meredam aksi spekulasi. Besarnya dana kredit yang akan dikucurkan diturunkan menjadi 7.5 trilliun Yuan (masih tergolong besar untuk mengobarkan api spekulasi dan menggembungkan bubble). Saat ini yang dihadapi Cina adalah:

– Massive bubble di sektor properti
– Masuknya uang panas yang terutama di sektor properti dan manufakturing
– Tuduhan manipulasi mata uangnya oleh US (bisa dicuhkan)
– Melambatnya ekonomi US dan Eropa sebagai pasar untuk produk-produknya
– Tidak disterilisasinya ketidak seimbangan perdagangan luar negrinya yang berakibat inflasi
– Lapangan kerja baru bagi para pemuda dan potensi gejolak sosial

Ada juga analis yang meramalkan bahwa pertumbuhan ekonomi Cina di tahun 2011 akan melambat ke 5% – 6% saja. Dalam skenario ini, pembangunan-pembangunan kota-kota kosong dengan segala infrastrukturnya akan dikurangi. Demikian juga di sektor properti. Ini akan berdampak pada sektor komoditi. Kebutuhan semen, besi, energi untuk membuat semen dan besi akan berkurang. Tetapi sebagian orang masih bertanya-tanya. Benarkah hal ini yang akan dilakukan oleh Cina tahun 2011? Entahlah, semakin lama Cina menunda persoalan ini, semakin besar bubble dan akan semakin keras hempasan crash landing.

Tahun 2011 akan dibuka dengan posisi bursa saham di US sangat overbought dalam berbagai ukuran. Dana di fund manager hanya tersisa 3% cash saja. Dalam sejarah level ini adalah level yang rendah kalau tidak mau disebut terendah. Survey yang dilakukan oleh the Americal Individual Investor Association, yang mencerminkan opini investor retail, menunjukkan level optimisme (bullish) yang tinggi. 63.3% bullish. Daily Sentiment Index dari Trade-Future.com melonjak ke level 94% stock bulls. Padahal dari semua level bullish yang tinggi ini sudah beberapa bulan kekuatan menanjaknya lemah. Data ini bisa diterjemahkan juga sebagai optimisme yang besar tetapi sudah kehabisan tenaga. Tentu saja pasar bukan hanya di US saja, Cina juga ada.

Posisi overbought juga ada di pasar emas. Secara historis Januari sampai Februari adalah awal dari koreksi di sektor emas. Musim perayaan di India dan Cina berakhir pada bulan Desember dan Februari. Koreksi baik di sektor komoditi, saham dan logam mulia, dalam waktu dekat ini sangat besar peluangnya. Kalau ini terjadi, yang menjadi pertanyaan sampai seberapa jauhkah. Para penganut aliran Elliot Wave masih menunggu Primary Wave 3. Tahun lalu dikecewakan karena tidak muncul, walaupun harapannya besar. Lebih-lebih setelah terjadi Hindenburg Omen. Ketidak munculan Primary Wave 3 ini membuat penganut Elliot Wave terpaksa gigit jari dan harus mengakui bahwa Elliot Wave bukan silver bullet untuk menentukan timing. Oleh sebab itu hal-hal lain perlu diperhitungkan dan harus dimonitor perkembangannya.

Pertama mengenai kota-kota di US yang akan bangkrut/gagal bayar hutang
Krisis hutang negara-negara di zone Eropa
Kenaikan suku bunga dan pengetatan kredit di Cina
Bubble properti di Canada dan Australia yang sudah matang dan siap pecah
Penguatan US dollar

Selain itu perlu juga dimonitor koreksi emas pada siklus tahunannya antara bulan Maret – September, apakah harga emas keluar dari koridor perdaganannya (garis parallel yang terbentuk sejak tahun 2000). Kalau harga emas bisa jatuh di bawah koridor perdagangannya, maka koreksi yang diramalkan oleh Elliot Waver sedang berlangsung. Yang demikian itu, akan memakan waktu yang cukup lama.

Tidak ada salahnya mengantisipasi tahun 2011 ini sebagai the Year of Living Dangerously. Mungkin crash mungkin juga kobaran inflasi. Dua kutub yang sangat berlawanan. Antara neraka kutub dan neraka api. Antara nilai asset ambruk seperti tahun 2007-2009 atau nilai uang ambruk (inflasi versi yang lebih buruk dari tahun 2010). Asset atau Mata Uang. Dari semua itu, yang penting adalah bersiap untuk kedua kemungkinan ini. Emas dan kambing adalah hedge untuk inflasi, sedang cash (US dollar, Singapore dollar dan Swiss Frank) untuk deflasi atau crash.

Kalau rencana itu memang sudah ada, rasanya untuk sementara kita perlu melupakan ekonomi. Relaks. Hidup bukan hanya untuk uang saja.

Ada satu film yang beredari di Indonesia di awal tahun 1970, yaitu Romeo & Juliet yang diperankan oleh Olivia Hussey dan Leonard Whiting. Saya menemukan Youtube nya. Lagunya yang enak didengar, romantis dan Olivia Hussey yang cantik mengingatkan kenangan lama, seorang teman SMA. Pemain prianya, Leonard Whiting mungkin pada waktu itu sangat disukai oleh gadis-gadis. Ketika muda, Olivia Hussey memang cantik sekali dan masih nampak cantik ketika bermain di film the Lost Horizon. Tetapi beberapa tahun setelah itu entah kenapa wajahnya lebih dekat dengan wajah nenek sihir. Aneh juga. Mungkin ekonomi dunia seperti itu. Cantik ketika muda dan menyeramkan ketika tua.

Selamat tahun baru, semoga pembaca bisa mengarungi tahun 2011 dengan selamat. Jaga kesehatan dan nilai tabungan anda baik-baik. Semoga sukses.

sumber: http://ekonomiorangwarasdaninvestasi.blogspot.com/2011/01/years-of-living-dangerously.html