Archive for October, 2008

Ketika Laki-laki Berbohong

Ketika Laki-laki Berbohong

Seorang penjual minyak goreng keliling seperti biasa menjajakan
dagangannya di tepian Sungai Citarum. “Nyak nyak
minyaaaaaaaaaaaaak”,teriaknya.

Di jalanan menurun tiba-tiba gerobaknya yang penuh dengan botol
minyak tergelincir ke Sungai Citarum. Plung … lap …tenggelam deh
ceritanya…

Huuuuu … huuuu …. menangislah dia ….
“Harus kuberi makan apa istriku nanti … huuu…”
Tiba-tiba … seorang Malaikat yang baik hati muncul dan bertanya :
“Hai,BAJURI … kenapa gerangankah sehingga engkau menangis begitu ?”

Ternyata … namanya BAJURI … tahu juga ya itu Malaikat …. “Oh,
Malaikat … gerobak minyak goreng saya tergelincir ke sungai …”
“Baiklah … aku akan ambilkan untukmu …”

Tiba-tiba Malaikat itu menghilang dan muncul lagi dengan sebuah
kereta kencana dari emas, penuh dengan botol dari intan … “Inikah
punyamu?” tanya Malaikat … “Bukan … gerobakku tidak sebagus itu
… mana mungkin penghasilan saya yang 6 juta sebulan bisa beli
kereta kencana? Itu pun sudah ditambah komisi penjualan yang cuma
sedikit”

Malaikat itu pun menghilang lagi dan muncul dengan sebuah kereta
perak dengan botol dari perunggu. “Inikah punyamu?” tanyanya lagi.
“Bukan, hai Malaikat yang baik … Punyaku cuma dari besi biasa ..
botolnya juga botol biasa …”
Lalu Malaikat itu pergi lagi … dan kali ini kembali dengan gerobak
dan botol Si BAJURI.
“Inikah punyamu?”
“Alhamdulillah … benar ya Malaikat. Terima kasih sekali engkau telah
mengambilkannya untukku”.

Malaikat berkata”, Engkau jujur sekali, ya BAJURI. Untuk itu sebagai
ha diah … aku berikan semua kereta dan botol tadi untukmu …”
“???????? Alhamdulillah …. terima kasih ya Allah … terima kasih
ya Malaikat …”

Sebulan kemudian, BAJURI rafting bersama istrinya di sungai yang sama
… Naas tak dapat ditolak, malang tak bisa dihindari
… Perahu karetnya terbalik dan istrinya hanyut …

“Huuuuuuuuuuuuuuuuu u…. huuuuuuuuuuu ……. istriku … di mana
engkau ….”, isaknya … Tiba-tiba Malaikat pun muncul lagi …
“Kenapa lagi engkau, ya BAJURI ?” “Istri saya hanyut dan tenggelam di
sungai, hai Malaikat …” “Ohhh … tenang … aku ambilkan …”

Plash … Malaikat itu menghilang dan tiba-tiba muncul kembali sambil
membawa Nafa Urbach … yang ada tato mawar di perutnya … “Inikah
istrimu?” tanya Malaikat … “Betul, Malaikat … dialah istriku …”
“Haaaaaa …. BAJURI!!!” Malaikat membentak marah.
“Sejak kapan kamu berani bohong? Di manakah kejujuran kamu sekarang?”

Sambil bergetar dan berjongkok … BAJURI berkata :
“Ya, Malaikat … kalau aku jujur … nanti engkau menghilang lagi
dan membawa Bella Saphira … kalau kubilang lagi bukan … maka
engkau akan menghilang lagi dan membawa lagi istriku yang sebenarnya
…Lalu … engkau akan bilang bahwa aku jujur sekali … dan engkau
akan memberikan ketiga-tiganya kepadaku… Buat membiayai hidup Nafa
saja aku bingung
> gimana
caranya …apalagi tiga-tiganya? ?? ”
Malaikat pun termangu dan bengong …. “Benar juga kamu … kamu
realistis
…”

Balada Type 21

Balada Si Ipung dan Rumah Type 21..

Bahayanya rumah type 21

Ada keluarga muda, baru punya satu anak berumur 5 tahun bernama Ipung;
Mereka tinggal di perumahan type 21.
Karena rumah type 21 hanya ada 1 kamar tidur, praktis mereka : bapak, ibu,
dan anak tidur

dalam satu kamar dan satu tempat tidur.
Sebenarnya tidak ada masalah, hanya setiap kali bapak sama ibu mau “bobo2
an” mesti kucing-kucingan,  nungguin Ipung tidur dulu.
Untuk memastikan apakah si Ipung udah tidur apa belum mereka mengetest
dengan cara memanggil Ipung,  kalau Ipung menyahut berarti belum tidur,
kalau Ipung diam berarti udah tidur, berarti aman untuk beraksi.  Suatu
malam seperti biasa mereka lagi mood untuk beraksi, terlihat si Ipung
sudah terlelap.  Maka sang bapak mencoba ngetes memanggil.
BAPAK : ” Ipung ?!!! ”
IPUNG : ” Ya, pak ? ”
Wah, ternyata Ipung belum tidur. Mereka terpaksa menunggu.
Setengah jam kemudian, gantian si Ibu mencoba ngetes lagi.
IBU : ” Ipung ?!!! ”
IPUNG : ” Yaa, buuu ? ”
BAPAK : ” Gila, belum tidur juga! (gerutu si bapak dalam hati saking
jengkelnya )  Terpaksa mereka menunggu lagi. Setengah jam ditest
lagi,ternyata Ipung masih belum tidur juga.  Berkali-kali begitu
terus.Akhirnya bapak-ibu kehabisan kesabaran, Ipung betul-betul dibangunin
dan

dimarahin habis-habisan. Ipung menangis dan bingung soalnya kan nggak tahu
masalahnya apa.

Paginya di sekolah Ipung mengadu kepada ibu guru bahwa semalaman dimarahin
habis-habisan oleh  orang tuanya Ibu guru bertanya kejadiannya, Ipung
kemudian menjelaskan semuanya,

Ibu guru rupanya menangkappermasalah nya apa, maka kemudian dia menasehati
Ipung,  “Ipung, kalau sudah malam di atas jam 10.00 Ipung harustidur, dan
kalau bapak/ibu memanggil Ipung

tidak usah menyahut, pura-pura saja nggak mendengar” begitu ibu guru
menasehati Ipung.

Malamnya Ipung mengikuti nasehat ibu guru.Beberapa kali Ipung dipanggil
nggak menyahut,  padahal Ipung sebenarnya mendengar karena memang belum
tidur. Tapi karena takut dimarahi lagi,  maka Ipung diam saja.Bapak-ibu
sepakat bahwa Ipung sudah tidur.
Mereka juga sepakat untuk memulai permainan lalu mereka mematikan lampu.
Ipung sebenarnya ketakutan karena gelap, tapi dia juga takut dimarahi maka
dia diam saja.  Permainan pun makin berjalan seru. Heboh…..
Menggairahkan.
Sampai Ipung juga keheranan krn tempat tidur terus bergoyang semakin keras
dan cepat, tapi dia tetap  diam saja.Sampai akhirnya mereka sudah mau
mencapai puncak permainan.  BAPAK : ” Aduuuh,buu.. .. aku mau keluar !!!”
(kata si bapak sambil gemeteran)  IBU : ” Paaak, aaaku juga mau
keluaaarrrrr ” (kata Si Ibu nggak mo’kalah)  IPUNG : ” Ipung ikuuuuuut!!!
! ” (Ipung langsung teriak ketakutan)  ************ ********* *********
********* ********* ****

Ipung lagi…….. ……

Cerita ini masih berkaitan dengan si Ipung yang takut ditinggal keluar.
Pada suatu hari ketika Ipung sedang mendapat pelajaran bahasa indonesia,
oleh gurunya seluruh murid

diminta untuk membuat kalimat dengan menggunakan kata lampu dan kata
sarung.  Ketika sampai giliran si Ipung, dengan tenang Ipung membaca
pekerjaannya :  “Bapak menjilat lampu dan Ibu menghisap sarung”
Tentu saja sang ibu guru terheran-heran dengan kalimat yang ditulis oleh
Ipung.

Usai pelajaran Ipung dipanggil oleh bu guru dan kemudian ditanya darimana
dia bisa menulis seperti itu.  Dengan menggebu-gebu Ipung bercerita:
“Semalam waktu Ipung sedang tidur, seperti biasa.  Bapak/Ibu manggil
Ipung, tapi Ipung diam saja soalnya takut dimarahi. Abis itu Bapak nyuruh
ibu :  “Bu, lampunya dimatiin biar Bapak bisa jilatin”, terus Ibu nyahutin
:  “Ya dech.. kalau gitu Bapak sarungnya dibuka biar Ibu bisa hisap…….
…”  GURU : ?????????
************ ********* ********* ********* ********* ****
Ipung lagi- Ipung lagi…….>
Kali ini Ipung, udah masuk SD… Suatu hari, akan diadakan ujian.. namun
guru berbaik hati,  GURU : Coba kalian hapalkan dulu ya, Ibu kasih waktu
15 menit untuk menghapal..

Semua murid membaca buku catatannya dengan serius.
Tapi Ibu guru memperhatikan hal yang cukup unik, Ipung membaca buku
catatan sambil melakukan

sesuatu yaitu meludah di tangannya dan mengeluskan tangan tsbdi
kepalanya.. terus berulang-ulang.  Akhirnya karena penasaran, ibu Guru pun
bertanya,
GURU : Ipung, kamu sedang apa?
IPUNG : Menghapal, bu Guru..
GURU : Tapi kok sambil ngelus-ngelus kepala pake ludah gitu?
IPUNG : Ibu saya suka bilang sama bapak, biar gampang masuknya dikasih
ludah aja kepalanya  GURU : Ohhhh….. Ternyata Ipung masih tidur bareng
ibu & bapaknya..

Maklum rumah type 21…..