Apa bedanya: arti Syafakillah, Syafakallah, Syafahallah & Syafahullah?

Dari Abu Hurairah RA ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Hak seorang muslim terhadap sesama muslim itu ada enam, yaitu:

1) Jika kamu bertemu dengannya maka ucapkanlah salam,

2) Jika ia mengundangmu maka penuhilah undangannya,

3) Jika ia meminta nasihat kepadamu maka berilah ia nasihat,

4) Jika ia bersin dan mengucapkan: Alhamdulillah maka doakanlah ia dengan Yarhamukallah (artinya = mudah-mudahan Allah memberikan rahmat kepadamu),

5) Jika ia sakit maka jenguklah dan

6) jika ia meninggal dunia maka iringilah jenazahnya’. (HR. Muslim, no. 2162).

 

Syafakillah atau syafakallah diambil dari hadits shahih yg diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim.

“Allahumma rabban naas mudzhibal ba’si isyfi antasy-syaafii laa syafiya illaa anta syifaa’an laa yughaadiru saqoman”

Artinya: “Ya Allah Wahai Tuhan segala manusia, hilangkanlah penyakitnya, sembukanlah ia. (Hanya) Engkaulah yang dapat menyembuhkannya, tidak ada kesembuhan melainkan kesembuhan dariMu, kesembuhan yang tidak kambuh lagi.” (HR. Bukhari dan Muslim).

 

Syafakillah dan syafakallah adalah bagian dari doa kesembuhan tersebut. Syafakallah (شفاك الله ) atau syafakillah (شفاك الله ) adalah suatu ungkapan atau ucapan yang digunakan untuk mendo’akan orang yang sedang sakit agar penyakitnya itu segera diangkat dan disembuhkan oleh Allah.

 

Tulisan lengkap dari doa tersebut adalah sebagai berikut:

1. Arti Kata Syafakillah Syifaan Ajilan

Kita urutkan dari yang pendek terlebih dahulu

Arti Syafakallah

Tulisan arab syafakallah: شفاك الله

Artinya adalah Semoga Allah menyembuhkanmu (laki laki)

Arti Syafakillah

Tulisan arab syafakillah: شفاك الله

Artinya adalah Semoga Allah menyembuhkanmu (perempuan)

Arti Syafakumullah

Tulisan arab syafakumullah: شفاكم الله

Artinya adalah Semoga Allah menyembuhkan kalian (laki laki)

Arti Syafakunnallah

Tulisan arab syafakunnallah: شفاكن الله

Artinya adalah Semoga Allah menyembuhkan kalian (perempuan)

Arti Syafahullah

Tulisan arab syafahullah: شفاه الله

Artinya adalah Semoga Allah menyembuhkannya (laki laki)

Arti Syafahallah

Tulisan arab syafahullah: شفاها الله

Artinya adalah Semoga Allah menyembuhkannya (perempuan)

Arti Syafahumullah

Tulisan arab syafahumullah: شفاهم الله

Artinya adalah Semoga Allah menyembuhkan mereka (laki laki)

Arti Syafahunnallah

Tulisan arab syafahunnallah: شفاهن الله

Artinya adalah Semoga Allah menyembuhkan mereka (perempuan)

Arti Syafakallah Syifaan Ajilan

Tulisan arab syafakallah syifaan ajilan:
شفاك الله شفاء عاجلا

Artinya adalah Semoga Allah menyembuhkanmu (laki laki) secepatnya

Arti Syafakillah Syifaan Ajilan

Tulisan arab syafakillah syifaan ajilan:
شفاك الله شفاء عاجلا

Artinya adalah Semoga Allah menyembuhkanmu (perempuan) secepatnya

Arti Syafaniyallah Syifaan Ajilan

Tulisan arab syafaniyallah syifaan ajilan:
شفاني الله شفاء عاجلا

Artinya adalah Semoga Allah menyembuhkanku secepatnya. Untuk diri sendiri

Arti Syafakallah Syifaan Ajilan Syifaan La Yughadiru Ba’dahu

Tulisan arab syafakallah syifaan ajilan syifaan la yughadiru ba’dahu:

شفاك الله شفاء عاجلا شفاء لا يغادر بعده

Artinya adalah Semoga Allah menyembuhkanmu (laki laki) secepatnya dengan kesembuhan yang tiada lagi sakit setelahnya

Arti Syafakillah Syifaan Ajilan Syifaan La Yughadiru Ba’dahu

Tulisan arab syafakillah syifaan ajilan syifaan la yughadiru ba’dahu:

شفاك الله شفاء عاجلا شفاء لا يغادر بعده

Artinya adalah Semoga Allah menyembuhkanmu (perempuan) secepatnya dengan kesembuhan yang tiada lagi sakit setelahnya

Arti Syafakallah Syifaan Ajilan Syifaan La Yughadiru Ba’dahu Saqaman

Tulisan arab syafakallah syifaan ajilan syifaan la yughadiru ba’dahu:
شفاك الله شفاء عاجلا شفاء لا يغادر بعده سقما

Artinya adalah Semoga Allah menyembuhkanmu (laki laki) secepatnya dengan kesembuhan yang tiada lagi sakit setelahnya

Arti Syafakillah Syifaan Ajilan Syifaan La Yughadiru Ba’dahu Saqaman

Tulisan arab syafakillah syifaan ajilan syifaan la yughadiru ba’dahu:
 شفاك الله شفاء عاجلا شفاء لا يغادر بعده سقما

Artinya adalah Semoga Allah menyembuhkanmu (perempuan) secepatnya dengan kesembuhan yang tiada lagi sakit setelahnya

Arti Laa Ba’sa Thahuurun

Tulisan arab laa ba’sa thahuurun : لا بأس طهور

Artinya adalah Tidak apa-apa, semoga sakitmu ini menjadi penawar dosa-dosa

Arti Laa Ba’sa Thahuurun Insyaa Allah

Tulisan arab laa ba’sa thahuurun insyaa Allah: لا بأس طهور إن شاء الله

Artinya adalah Tidak apa-apa, semoga sakitmu ini menjadi penawar dosa-dosa, insyaa Allah

Arti Syafakallah Laa Ba’sa Thahuurun Insyaa Allah

Tulisan arab syafakallah laa ba’sa thahuurun insyaa Allah:
شفاك الله لا بأس طهور إن شاء الله
Artinya adalah Semoga Allah menyembuhkanmu (laki laki), tidak apa-apa, semoga sakitmu ini menjadi penawar dosa-dosa, insyaa Allah

Arti Syafakillah Laa Ba’sa Thahuurun Insyaa Allah

Tulisan arab syafakillah laa ba’sa thahuurun insyaa Allah:
شفاك الله لا بأس طهور إن شاء الله

Artinya adalah Semoga Allah menyembuhkanmu (perempuan), tidak apa-apa, semoga sakitmu ini menjadi penawar dosa-dosa, insyaa Allah

 

2. Jawaban Syafakallah / Syafakillah Syifaan Ajilan

Untuk menjawab / membalas do’a do’a seperti yang telah diuraikan di atas, kamu cukup bilang Aamiin dan terimakasih, berikut di bawah ini diantara variannya dalam tulisan Arab:

–  آمينAamiin (Aamiin)
–  آمين شكراAamiin syukron (Aamiin terimakasih)
–  آمين شكرا جزاك الله خيراAamiin syukron jazaakallahu khairan (Aamin terimakasih semoga Allah membalasmu dengan kebaikan)
–  آمين شكرا جزاكم الله خيراAamiin syukron jazaakumullahu khairan (Aamin terimakasih semoga Allah membalas kalian dengan kebaikan)
–  آمين شكرا لدعائهAamiin syukron Li Du’aaihi (Aamiin terimakasih atas do’anya)
–  آمين شكرا لاهتمامهAamiin syukron Lihtimaamihi (Aamiin terimakasih atas perhatiannya)
–  آمين شكرا لزيارتهAamiin syukron Li Ziyaaratihi (Aamiin terimakasih atas kunjungannya)

Semoga bermanfaat ya..

sumber:

  1. https://news.detik.com/berita/d-4804163/arti-syafakillah-syafakallah-syafahallah–syafahullah-apa-perbedaannya
  2. https://www.ilmuakademika.com/2019/07/arti-syafakillah-syifaan-ajilan-jawaban.html?m=1

Renungan: Mengenali Allah lewat Rasul-Nya

Bismillaahi-r Rahmaani-r Rahiim,

[QS al-Hujurat 49:7] wa’lamuu anna fiikum rasuulallaahi.. (Dan ketahuilah olehmu bahwa di kalanganmu –ditengah-tengah kamu- ada Rasulullah..)

[QS Ali Imran 3:101] wakayfa takfuruuna wa-antum tutlaa ‘alaykum aayaatu allaahi wafiikum rasuuluhu..  (Bagaimanakah kamu sampai menjadi kafir, padahal ayat-ayat Allah dibacakan kepada kamu, dan Rasul-Nya pun berada di tengah-tengah kamu?..)

[QS at-Taubah 9:128] laqad jaa-akum rasuulun min anfusikum.. (Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri -dari dirimu sendiri-,..)

Saudaraku, semoga keselamatan dan berkah selalu terlimpah atasmu, Wahai Saudaraku, sesungguhnya kitalah yang berkehendak kepada Allah SWT (QS Faathir 15). Oleh karenanya, sudah sewajibnya kita harus benar-benar mengenal Tuhan kita, yang mempunyai asma Allah, yang ghaib tetapi wajib wujudnya dan harus kita kenali sebenar-benarnya.

Allah adalah nama dari Dzat yang wajib wujudnya tersebut. Dzat yang maha kuasa, maha mengetahui dan Yang dhahir dan Yang bathin serta distinct (unik – tunggal).  Nama saja, tidak memiliki manfaat maupun mudharat apapun. Nama Tuhan, pada kurun waktu perguliran zaman bisa dan mungkin berubah, tetapi Dzatnya tetap satu. Yang wajib kita sembah, ingat dan kita mohon perlindungan dariNya adalah kepada Dzat yang memiliki nama Allah (QS Thaa-Haa 14) yang dekat dengan kita dan keberadaanNya adalah nyata (QS Qaaf 16). Dia-lah yang harus selalu kita ingat dan “lihat” setiap kita Sholat dan berdzikir sejalan dengan keluar masuknya nafas dari pagi hingga petang, baik dalam posisi duduk, berdiri, maupun berbaring (tanpa mengurangi aktifitas kita sebagai makhluq sosial).

Kebanyakan dari kita — mohon maaf — seringkali merasa puas dengan pengetahuan yang kita miliki (QS Yunus 7,8 ) dan terlalu cepat menduga-duga hal yang sangat mutlak keberadaan-Nya ini dengan santainya (QS Saba’ 52, 53). Padahal Tuhan adalah asal dan tempat kembali kita semua (QS Faathir 18 ) sehingga sangatlah celaka bila kita tidak mengenal tempat kembali kita sendiri (QS Al Isra’ 72), karena mati yang selamat adalah berhasil kembalinya Roh dan Rasa ke hadhirat Allah SWT (perlu diingat jasad akan kembali ke tanah). Mungkin gugatan keyakinan ini dianggap aneh, mengada-ada dan terlalu mempermasalahkan hal yang tidak substansial, tetapi demi Dzat yang memelihara alam semesta, kita harus berani bertanya pada kita sendiri; sudahkah kita betul-betul mengenal Tuhan kita, sehingga berada pada jalan yang dikehendaki-Nya, sesuai dengan do’a kita (dalam Al-Fathihah) yang selalu kita baca setiap rekaat dalam Sholat?

Sudahkah kita benar-benar mengenal Rabb kita yang kewajiban akan mengenalnya lebih utama daripada Sholat itu sendiri? Apakah kita hanya terjebak didalam keyakinan tradisi yang  kebetulan melingkupi lingkungan kita? Karena pada dasarnya Sholat itu untuk mengingat Allah (QS Thaa-Haa 14). Rasa kita harus tertambatkan pada Allah. Permasalahannya, rasa kita selama ini terdominasi oleh gembira, sedih, kecewa, marah, bangga, iri, cemas, dan sejuta rasa keduniawian lainnya. Lalu, dimana letak kekhusyu’an kita? Sedangkan tradisi yang turun temurun tidak menjamin hakekat kebenaran (QS As Shaffaat 69,70) dan Islam pada mulanya asing dan akan dirasa asing pula pada suatu saat karena berbeda dengan tradisi biasanya (Hadits Nabi).

Saudaraku, syahadat yang kita ucapkan bukanlah kalimat formalitas yang hanya untuk dihafal, melainkan kalimat agung yang penuh makna dan harus kita fahami secara sadar. Bagaimana kita dapat mengaku menyaksikan bahwa tiada sesembahan selain Allah, sedang kita tidak mengenal Dzat yang memiliki asma Allah? Bagaimana kita bisa menyaksikan bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah sedang Nabi telah meninggalkan kita berabad-abad lamanya? Saudaraku, sesungguhnya sebelum kita terlahir kedunia, secara sendiri-sendiri dan oleh Tuhan sendiri, kita telah dipersaksikan secara sadar bahwa Allah-lah Tuhan kita. Akankah kita mengingkari dan tidak ingin menyadari persaksian itu?

Wahai jiwa yang tenang, kembalilah ke hadhirat Tuhanmu dengan damai. Untuk mengenal dan menuju kepada-Nya, tentulah ada jalannya. Untuk melatih dan mendekatkan diri kepadaNya pun ada caranya. Intinya adalah pengesaan murni kepada Allah. Mengingat dari zaman ke zaman, dari masa ke masa tantangan umat berbeda-beda, maka penekanan tatacara riyadhah pun dapat berbeda, serta diberikan pula tiap umat tersebut aturan dan cara-cara yang jelas (QS Al Maidah 48 dan Al Hajj 57). Tetapi memang, hal ini terasa sangat asing (QS Shaad 7). Pertanyaan-pertanyaan tentang mungkinkah terdapat utusan Allah saat ini? Bukankah Muhammad adalah masa lalu? Bukankah pemikiran semacam ini justru menyeret kita kedalam perdebatan tanpa henti dan kontra produktif? – sangat mungkin bermunculan.

Saudaraku, semoga petunjuk dan ridho Allah terlimpah atas kita semua. Yang penting kita bersama-sama meluruskan niat untuk ma’rifat billah atau mengenal Allah dengan sebenarnya. Untuk menggapai hidayah Ilahi, kita perlu bersama-sama introspeksi dan membuka hati kita dan open minded akan kebenaran yang boleh jadi agak asing bagi kita. Seperti halnya proses pencarian Tuhan oleh Ibrahim dan kegelisahan Muhammad sebelum menerima wahyu. Jangan sampai karena keangkuhan kita, informasi keberadaan kebenaran dan pemberi peringatan ditengah kita itu justru menjauhkan kita dari kebenaran karena prasangka dan antipati terhadap kondisi yang sebenarnya telah menjadi sunnatullah ini (QS Faathir 42).

Saudaraku, Allah tidak mungkin kita lihat dengan mata jasad, karena keberadaan Allah memang tidak seperti keberadaan makhluq-Nya. Tetapi Allah wajib wujudnya dan dapat kita kenali dengan mata hati. Bahkan ketika ditanya oleh seseorang apakah Imam ‘Ali pernah melihat Tuhan, maka Beliau menjawab; “Mana mungkin aku menyembah Tuhan yang tidak aku lihat!” Dan benarlah ketika Nabi Musa pingsan ketika Allah memperlihatkan diri, karena puncak pertemuan dengan Tuhan adalah kematian, dan Nabi Muhammad pernah mengisyaratkan kepada kita untuk; “Muttu Qabla ‘Anta Al- Muttu” (belajarlah “mati” sebelum kamu mati). Saudaraku, kita, bahkan tidak bisa mengedipkan mata dan menggerakkan niat dalam hati tanpa kekuatan Allah. Tiada kekuatan dan daya upaya keculi dengan Allah. Hanya Dialah Dzat yang patut kita takuti, karena sesungguhnya alam semesta ini berada dalam genggamannya. Masihkah kita tidak ingin mengenal Tuhan kita? Mengenal-Nya tidak cukup hanya dengan mengenal nama-nama-Nya, mengerti sifat-sifat-Nya, tetapi harus sampai “masuk” kedalam-Nya dan menghadirkan-Nya sampai yakin (QS Al Hijr 99).

Keghaiban Allah (sehingga Allah disebut Al-Ghaib) bukan menjadi penghalang bagi hambaNya untuk mengenaliNya. Karena Allah tidak menyosokkan diriNya dalam dimensi manusia atau mahluk yang lain (karena ini tidak mungkin), maka dipilihlah seorang manusia dari golongan mereka sendiri sebagai perantara dan wakil Allah di bumi. Hal ini berlangsung terus menerus karena pengetahuan akan Tuhan sejati bukanlah monopoli umat-umat terdahulu, tetapi sampai akhir zaman (QS Al Anbiya 7 dan An Nahl 43). Nabi Muhammad, sebagai seorang nabi, masih memerlukan Jibril sebagai perantara untuk mengenali-Nya. Terlebih lagi kita, sangatlah sombong bila kita sudah merasa mengenali-Nya hanya berdasar dugaan subyektif kita belaka (QS Al Maidah 35) tanpa adanya upaya untuk menanyakan kepada ahlinya, sebagai konsekuensi kesadaran akan kelemahan dan keterbatasan manusia. Jangan pula kita diserupakan dengan Iblis karena ia enggan beroleh ilmu dari dan memandang sebelah mata terhadap Adam.

Semoga kita bukan umat-umat yang akan atau sedang mendapat azab dari Allah SWT lantaran kita  mendustakan utusan-utusan-Nya yang berada ditengah-tengah kita, sebagaimana umat-umat terdahulu dilumatkan dan diazab karena selalu memperolok dan mendustakan Rasul-rasul-Nya, dan semoga kita bukan pula tergolong bangsa Iblis yang tidak mengakui Adam (sebagai mahluk yang lebih berilmu dan mendapat delegasi dari Allah saat itu) dengan tidak mau tunduk kepadanya sambil mengatakan; “Aku lebih baik darinya!” (QS Shaad 76).

Saudaraku, bila apa yang kami sampaikan ini ada benarnya, itu semata-mata dari Allah SWT, Dzat agung penguasa alam raya sejati. Kami berlindung kepada Allah dari segala sifat riya’, ujub dan pemahaman-pemahaman yang menyesatkan. Semoga kita selalu mendapat petunjuk-Nya. “Kalau tidaklah karena nikmat Tuhanku, pastilah aku termasuk orang-orang yang diseret – kedalam kesesatan/neraka” (QS As Shaffaat: 57).
Semoga bermanfaat!
Wassalam,

 

sumber: disarikan dari https://adhipermana.wordpress.com/2008/05/03/muhasabah-kita/