Archive for September, 2006

Marhaban Ya Ramadhan

Betapa besarnya nilai uang kertas senilai Rp.100.000
apabila dibawa ke masjid untuk disumbangkan; tetapi
betapa kecilnya kalau dibawa ke Mall untuk dibelanjakan!

Betapa lamanya melayani Allah selama lima belas menit namun
betapa singkatnya kalau kita melihat film.

betapa sulitnya untuk mencari kata-kata ketika berdoa (spontan) namun
betapa mudahnya kalau mengobrol atau bergosip dengan pacar / teman
tanpa harus berpikir panjang-panjang.

Betapa asyiknya apabila pertandingan bola diperpanjang waktunya ekstra namun
kita mengeluh ketika khotbah di masjid lebih lama sedikit daripada biasa.

Betapa sulitnya untuk membaca satu lembar Al-qur’an tapi
betapa mudahnya membaca 100 halaman dari novel yang laris.

Betapa getolnya orang untuk duduk di depan dalam pertandingan atau konser namun
lebih senang berada di saf paling belakang ketika berada diMasjid.

Betapa Mudahnya membuat 40 tahun dosa demi memuaskan nafsu birahi semata,
namun alangkah sulitnya ketika menahan nafsu selama 30 hari ketika berpuasa.

Betapa sulitnya untuk menyediakan waktu untuk sholat 5 waktu; namun
betapa mudahnya menyesuaikan waktu dalam sekejap
pada saat terakhir untuk event yang menyenangkan.

Betapa sulitnya untuk mempelajari arti yang terkandung di dalam al qur’an; namun
betapa mudahnya untuk mengulang-ulangi gosip yang sama kepada orang lain.

Betapa mudahnya kita mempercayai apa yang dikatakan oleh koran namun
betapa kita meragukan apa yang dikatakan oleh Kitab Suci AlQuran.

Betapa setiap orang ingin masuk sorga seandainya tidak perlu untuk percaya atau
berpikir,atau mengatakan apa-apa,atau berbuat apa-apa.

Severely Acute Kurusetra Syndrome (SAKS)

1. Identifikasi
Gangguan kejiwaan dan syaraf parah ditandai dengan sakit kepala, kesenangan yang tidak wajar ke kandang monyet dan burung di kebun binatang, halusinasi, demam, kesulitan tidur, dan perasaan gelisah setiap jam 12.00 siang. Kadang-kadang, ditemukan gejala seperti kelesuan, tidak bergairah bekerja kecuali menggunakan komputer on-line, perasaan yang berlebihan terhadap hal-hal gaib, dan rasa takut pada ruang gelap dan mayat (necrophobia). Pada kasus-kasus ekstrim, terjadi kesukaan yang berlebihan terhadap ilmu pengetahuan, pembicaraan yang melantur, dan penggunaan istilah-istilah dalam permainan (game) Kurusetra dalam kehidupan sehari-hari. Penyakit ini khas dengan spektrum derajat penyakit rendah, berlangsung sekitar 1 abad Kurusetra (kira-kira 10 minggu), infeksi tematik dan kegilaan sering terjadi.

2. Penyebab penyakit
Penyakit disebabkan karena penularan sistemik dari permainan komputer multi-player on-line buatan Aang Wahyudi yang bernama Kurusetra atau Perang Kurusetra dari Indonesia.

3. Distribusi penyakit
Kasus sporadis maupun endemik terjadi hampir secara eksklusif terhadap orang Indonesia atau yang mengerti bahasa Indonesia. Dapat menyebar ke negara-negara lain tanpa batas sejalan dengan pola penyebaran bangsa Indonesia. Terutama sekali bagi pengguna-pengguna komputer secara on-line dengan kisaran umur 14 sampai 45 tahun.

4. Reservoir
Lingkungan perkantoran, kampus, warnet, maupun rumah tangga merupakan habitat alami dari syndrome ini. Adakalanya juga menyebar ke lingkungan rumah sakit walaupun tidak sampai tahap yang mengkhawatirkan.

5. Cara penularan
Penularan terjadi dari pembicaraan dari mulut ke mulut, introduksi syndrome antar pemain (gamer) multi player, rekan sekantor, teman sekolah, maupun rekan kuliah. Terutama terjadi pada mereka yang belum mempunyai pasangan hidup (masih single), walaupun tidak mesti begitu. Syarat utamanya adalah kemampuan berkomunikasi menggunakan media internet.

6. Masa inkubasi tidak tentu, diperkirakan antara 1 atau 2 abad permainan Kurusetra (sekitar 10 – 20 minggu).

7. Masa penularan – Amat menular dari pemain ke pemain lainnya (gamer-to-gamer).

8. Kekebalan dan kerentanan : Hampir semua orang yang tidak buta huruf rentan.

9. Cara pemberantasan

A. Cara pencegahan : Pengawasan penggunaan fasilitas komputer secara ketat di lingkungan perkantoran dan kampus-kampus

B. Pengawasan penderita : Penderita harus diisolasi dan dijauhkan dari komputer, laptop, handphone, dan peralatan sejenisnya sesegera dan selama mungkin sampai gejala-gejala umum mereda.

C. kontak dengan lingkungan sekitar : Umumnya tidak berakibat buruk kecuali pada saat penderita mesti menyerahkan laporan pertanggungjawaban pada atasan di lingkungan kerja atau dosen pembimbing di kampus.

D. Upaya penanggulangan wabah dan implikasi bencana: lihat bagian gangguan syaraf, penyakit psikis, neurotik, dan tahapan-tahapan penanggulangannya pada bab XVII mengenai Psikiatri dan Gangguan Kejiwaan